La Masia adalah bagian penting dari klub Barcelona guna mencari dan menjaring
talenta-talenta berbakat, menjadi rumah bagi mereka yang ingin mendapatkan
pendidikan dan pelatihan agar suatu saat dapat menjadi bagian dari Barcelona.
Bangunan gedung dari La Masia ini adalah tempat tinggal negara
kuno yang dibangun pada tahun 1702, dan sewaktu stadion Camp Nou
diresmikan pada tahun 1957, bangunan ini direnovasi dan diperluas untuk
digunakan sebagai markas klub sosial. Dengan ekspansi secara bertahap, karena
bangunan La Masia terlalu kecil untuk menjadi kantor pusat FC Barcelona, pada
tanggal 20 Oktober 1979, La Masia diubah menjadi asrama untuk pemain muda FC
Barcelona.
La Masia telah megeluarkan lebih dari 300 pemain muda, dan telah di akui sejak
tahun 2002 sebagai salah satu yang terbaik di dunia, menjadi faktor signifikan
dalam keberhasilan Eropa FC Barcelona serta keberhasilan tim nasional Spanyol
di Piala Dunia FIFA 2010 .
“Ini adalah investasi termurah jangka panjang karena sebuah klub harus
melanjutkan dan mengembangkan klubnya.” Kata Carles Folguera, yang telah
menjabat sebagai Direktur Akademi Barcelona sejak tahun 2002. Di sana mereka
belajar bagaimana membuat Barcelona jadi sumber kebanggaan bagi Catalans, La Masia hadir bagi mereka yang
bangga dan cinta kepada klub seperti Barcelona dimana tim tersebut merupakan
klub legenda dunia dan kebanggaan baik bagi bangsa Spanyol maupun Catalan.
Membantu anak-anak beradaptasi dan mengembangkan bakatnya merupakan tujuan
utama didirikannya La Masia. Ketika Messi datang dalam usia 13 tahun pada tahun
2000, dia mengalami masalah dengan hormon tulang yang berarti bahwa ia memiliki
ukuran tinggi badan yang tidak normal bila dibandingkan dengan anak-anak
seusianya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Akademi mendatangkan Para ahli
untuk segera menindak lanjuti dan sekaligus mengawasi perkembangan Messi selama
di La Masia. Pada akhirnya anak muda ini terus
berkembang menjadi pemain hebat dan akan terus membuat sejarah bersama
Barcelona.
|
Sejarah
Berdiri Akademi La Masia Barcelona
|
“Sebagai
seorang anak, yang mereka ajarkan adalah bahwa Anda tidak hanya bermain untuk
menang tetapi untuk bertumbuh dalam kemampuan sebagai pemain,” kata Lionel Messi, yang berbagi kamar dengan seorang
pemain basket. Itu karena Barca lebih dari sekedar sebuah klub sepakbola dan La
Masia merupakan rumah bagi pemain hoki, bola tangan dan tim basket juga.
“Apa yang membuat La Masia berbeda adalah bahwa di sini belajar dilakukan
selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu,” kata Folguera yang pernah menjadi
mantan kiper Barca, yang kini telah berumur 41 kepada Reuters.
La Masia kini telah
berhasil menghasilkan para pemain sepabola genius. Sepakbola jenius dengan
ijazah permainan tiki taka, sebuah kata dari Spanyol yang
berarti gaya yang menarik dari sepak bola, dengan menggunakan umpan pendek satu
dua sambil melewati hadangan musuh. Sebanyak 16 pemain binaan asli mereka mampu
tampil sebanyak 60,2 persen dari total menit yang dilalui Barcelona pada musim
ini.
Mantan Pelatih tersukses Barcelona yaitu Pep Guardiola berkata "Anak-anak
bergabung ke La Masia sejak
berusia 13 tahun. La Masia sangat penting bagi Barcelona,Mereka mempunyai
banyak anak didik dan memberikan pelajaran bermain sepakbola yang
mendasar.Mengajari bermain sepakbola, menghormati rekan setim dan lawan. Bukan
hanya sekolah sepakbola, namun juga sekolah untuk belajar hidup.Anda bermain
karena menyukai dan menikmati itu"
Histeria La Masia
La Masia adalah cerita penantian panjang dan sebuah harapan dari sebuah klub
yang ingin menghasil produk binaan sendiri. Dibawah komando Johan Crufyy
filosofi sepakbola Total Football coba di rangkum dalam satu kurikulum
sepakbola dahsyat. Hingga lahir generasi pertama sukses La Masia yang berhasil
mempersembahkan tropi Eropa tahun 1992, nama-nama Guillerrmo Amor, Albert
Ferrer dan Josep Guardiola adalah tiga nama jaminan mutu produk La Masia edisi
awal.
La Masia de Academy awalnya
hanya rumah batu yang bercorak rumah pertanian khas abad 18 namun
bertransformasi menjadi akademi modern dan sebuah candradimuka proses industri
sepakbola modern. La Masia bukan yang pertama setidaknya ajax Academy milik
Ajax Amsterdam lebih dahulu sukses dengan produk lokalnya. Saya masih ingat
bagaimana segerombolan anak muda yang polos berhasil mempecundangi sekelompok
pemain kaliber kelas wahid yang juga tim favorti saya AC Milan di final Piala
Champion Eropa 1995. Setahun kemudian anak polos yang mahir mengolah bola gaya
Total Football hampir saja mengulang sukses juara dua kali sebelum di hentikan
si Nyonya tua, Juventus. Sayangnya Ajax academy tidak mampu lagi melahirkan
pemain kaliber kelas Seedorf, Kanu, Davids, Overmars, Kluivert dll.
Sungguh beruntung La Masia mampu
mengkreasi anak-anak muda hebat seperti Messi, Xavi, Iniesta, Busquets dalam
satu periode yang sama. Kekompakan mereka menghipnotis siapapun yang menonton
tak peduli lawan atau kawan. Sukses Barca dan La Masia bukan proses yang instan, melainkan sebuah proses
yang flowchartnya berliku-liku dan panjang. Kesabaran dan keyakinan diantara
punggawa Barca lah yang berhasil memanen jerih payah penantian sebuah akademi sepakbola
terbaik di jagat ini.